Kekeramatan Gunung Geger, Bangkalan (1)
Putri Sendiri Dihukum Mati
Menelusuri jejak sejarah lahirnya Madura, sungguh menarik.
Bukan saja mengandung legenda yang unik, sacral dan romantic, tapi juga sarat
cerita kepahlawanan. Demikian pula peninggalan-peninggalan sejarah yang tersisa,
merupaan sisi lain yang menggelitik. Pada umumnya peninggalan-peninggalan itu
hingga kini dikeramatkan.
Beberapa literature tentang
sejarah Madura baik yang dikupas sejarawan Madura, Zainal Fatah dan
Drs.Abdurahman, secara lengkap memaparkan perjalanan lahirnya nama Madura ini.
Kelahiran nama Madura berkaitan erat dengan dua tempat yang ada di pulau Garam
tersebut. Yakni gunung Geger di Bangkalan dan hutan Nepa di Desa Batioh,
kecamatan Banyuates, Sampang.
Dari dua tempat ini babak awal perjalanan sejarah Madura
bermuara. Mengapa dimulai dari dua tempat ini? Sebab disanalah orang pertama
Madura menginjakkan kaki, membentuk system pemerintahan social dan perjalan
hidup yang mengandung epos.
Konon ceritanya, pada zaman purbakala di kaki gunung Semeru,
berdiri kerajaan Medangkemulan yang dipimpin rajanya bernama Sang Hyang
Tunggal. Di dalam keraton yang disebut Giling Wesi, Sang Hyang Tunggal hidup
bersama permaisuri dan putrinya bernama Raden Ayu Ratna Doro Gung. Dibawah
pemerintahan raja yang arif dan bijaksana itu, Medangkemulan merupakan kerajaan
yang makmur dan sentosa.
Namun ketentraman sang raja bersama rakyatnya jadi guncang ,
ketika terjadi peristiwa yang menimbulkan aib besar bagi kerajaan. Peristiwa
itu berawal ketika sang Putri Doro Gung dalam tidurnya bermimpi kemasukan “rembulan”
dari mulutnya. Aneh, beberapa bulan kemudian sang putrid hamil secara gaib.
Inilah sebabnya Sang Hyang Tunggal jadi murka.
Beberapa kali Sang Hyang Tunggal menanyakan, siapa lelaki
yang membuat sang putrid hamil. Namun dengan terisak Doro Gung yang cantik
jelita itu tak mampu menjelaskan, karena ia tak tahu awal mulanya mengapa bisa
hamil.
Ketika Sang Putri menjelaskan bahwa dia hamil secara gaib, setelah
bermimpi menelan rembulan Sang Raja bertambah marah. Sang Putri dianggap bukan
saja mendustai raja, tetapi juga seluruh rakyat Medangkemulan.
Akhirnya raja bertindak tegas, dipanggilnya patih Panggulang
dan dititahkan untuk menghilangkan nyawa Sang Putri di hutan. Dipesannya agar Panggulang
tak menghadap raja, kecuali membawa kepala Sang Putri. Dengan berat hati, serta
bercucuran air mata, Patih Pranggulang menjalankan perintah, membawa Sang Putri
ke hutan belantara.
Alkisah, ketika sudah berjalan jauh di dalam hutan, Sang
Putri duduk bersimpuh, merasa tiba waktunya menerima nasib yang paling buruk. “
Paman patih, silahkan laksanakan titah paduka ayahanda,” kata Doro Gung.
Mendengar ucapan Sang Putri dengan bibir yang bergetar,
Patih Pranggulang berlinang air mata. Namun ia tak bisa berbuat apa-apa karena
takut pada sang Raja. Ia pun menghunus pedang, dan tiga kali pedang itu
ditebaskan ke leher sang Putri yang pasrah. Tetapi apa yang terjadi. Setiap
pedang itu menyentuh leher sang Putri, selalu terpental ke tanah. BERSAMBUNG -> Legenda dan Kisah Gunung Geger - Bangkalan (2)
Sumber : (Buku Sejarah yang ditulis oleh (hor)