Mendapatkan kesempatan untuk kembali mengeksplor keindahan panorama Pulau Gili Iyang merupakan suatu kesempatan yang tidak boleh disia - siakan. Ketika Tim PulauMadura dan beberapa rekan Blogger dari Komunitas Blogger Madura (Plat-M.com) dan Blogger Jawa Timur dipilih dan dipercaya oleh Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda Dan Olahraga Kabupaten Sumenep untuk menyusuri salah satu Pulau kecil atau Gili yang termasuk dalam barisan kepulauan Kabupaten Sumenep.
Sudah tidak asing lagi kalau Pulau Madura juga memiliki banyak sekali pulau – pulau kecil atau yang juga dikenal dengan sebutan Gili yang keindahannya tidak kalah dengan Gili yang ada di daerah Lombok sana. Walapun masih belum begitu terkenal seperti Wisata Pantai Pulau Gili Labak namun Gili Iyang memiliki panorama bawah laut yang juga tidak kalah luar biasa indahnya.
Sama seperti Gili Labak, Gili Iyang juga memiliki keindahan alam bawah laut yang menjadi surga bagi teman – teman pecinta snorkeling dan diving. Ekosistem bawah laut Gili Iyang masih sangat terjaga dan tidak banyak tersentuh oleh tangan manusia. Terutama terumbu karangnya yang berwarna - warni dan sangat eksotis ditambah lagi beberapa jenis ikan yang berenang disekitar terumbu karang.
Gili Iyang sendiri terletak di Kecamatan Dungkek Desa Dungkek atau sekitar 30 km dari pusat Kabupaten Sumenep melalui perjalanan darat. Setelah tiba di Kecamatan Dungkek, kita harus menyeberang laut menggunakan perahu motor yang ada di Pelabuhan Dungkek. Teman – teman tidak perlu merasa khawatir, perahu motor yang akan kita tumpangi berukuran cukup besar dengan kapasitas penumpang sekitar 25 orang.
Untuk menyeberang ke Gili Iyang membutuhkan waktu sekitar satu jam perjalanan. Bila dibandingkan dengan Gili Labak yang harus menyeberang laut lebih lama sekitar 2 jam. Selama menyeberang laut kita disuguhi pemandangan laut biru yang memukau dengan sunrise yang sangat cantik. Air lautnya juga biru dan masih sangat alami, dari kejauhan kita sudah bisa melihat jejeran pulau – pulau kecil yang salah satunya adalah Gili Iyang.
Setibanya di salah satu tepi pantai Gili Iyang pada saat itu perahu yang kita tumpangi tidak bisa bersandar dekat tepi pantai dikarenakan air laut yang sedang surut. Satu hal yang membedakan Gili Iyang dengan Gili Labak ini adalah, Gili Iyang merupakan sebuah pulau yang banyak sekali memiliki terumbu karang. Beda dengan Gili Labak yang hampir didominasi dengan pasir pantainya yang putih juga lembut.
Kondisi air laut yang sedang surut ditambah dengan banyaknya karang yang mempersulit perahu yang kita tumpangi untuk bersandar lebih dekat ke tepi pantai. Meskipun begitu teman – teman tidak perlu bingung karena disana juga telah disediakan sampan yang bisa mengangkut kita untuk tiba di tepi pantai. Jadi, kita tidak perlu lagi basah kuyup karena harus berjalan ke tepian pantai, belum lagi karangnya yang cukup tajam.
Tiba di tepi pantai Gili Iyang sudah terlihat jelas kalau Gili yang satu ini sangat terjaga kealamiannya. Kemudian kita melanjutkan perjalanan menyusuri Gili Iyang dengan menyewa dua buah dorkas. Dengan menaiki kendaraan dorkas ini kita akan mengelilingi Gili Iyang sejauh 10 km yang telah diagendakan sebelumnya.
Selama perjalanan kita bisa mengetahui bahwa Gili Iyang adalah pulau yang masih sangat tenang dan jauh dari polusi. Dikenal sebagai pulau yang memiliki kadar oksigen tertinggi nomer dua di dunia membuat tempat ini sangat alami. Udara yang dihasilkan dan yang dihirup disana sangat sejuk serta menyehatkan bagi sistem pernafasan.
Terbukti dengan usia penduduk Gili Iyang yang berkisar di angka 85 – 175 tahun, bahkan sampai sekarang pun masih ada penduduk yang sudah berusia sangat lanjut. Selain itu masih banyak pohon rindang dan rimbun terutama yang banyak dilihat adalah pohon Siwalan. Banyaknya pohon Siwalan ini tidak didiamkan begitu saja oleh penduduk setempat.
Para penduduk sekitar mengambil air Nira atau yang lebih dikenal dengan air Legen yang dihasilkan oleh pohon Siwalan. Tetesan – tetesan air Nira ini ditempatkan pada sebuah ember kecil yang digantung pada tangkai pohon. Setelah ember terisi penuh maka akan diturunkan kemudian air Nira didiamkan beberapa saat untuk langsung diminum. Pada saat itu kita sedang beruntung karena berkesempatan mencicipi air Nira yang baru diturunkan dari pohonnya.
Selain dijadikan sebagai minuman tetesan – tetesan air Nira yang dikumpulkan tadi diolah lagi menjadi gula merah oleh sebagian penduduk. Tangkai pohon Siwalan juga tidak dibuang begitu saja, melainkan dikeringkan dan dijadikan bahan bakar untuk memasak Gula Merah. Gula Merah yang telah matang dan di cetak kemudian dijual ke kota Sumenep.
Penduduk Pulau Gili Iyang meskipun hidup didaerah yang cukup terpencil dan jauh dari jangkauan kota ternyata sangat keratif serta produktif. Dalam mengisi waktu luang selain berprofesi sebagi nelayan para kaum ibu membuat kerajinan tangan berupa gelang cantik yang berwarna – warni. Kemudian gelang – gelang ini dipasarkan ke Pulau Dewata Bali. Teman – teman bisa menemukan sekumpulan kaum ibu kreatif ini sebelum menuju ke Gua Mahakarya.
Di Gili Iyang sendiri belum ada transportasi seperti mobil hal ini menyebabkan disana sangat tenang dan jauh dari keramaian dan padatnya kendaraan bermotor. Listrik pun masih belum menjamah Gili Iyang, penduduk disana menggunakan tenaga surya yang disimpan di sebuah aki. Aki ini cukup menampung kebutuhan listrik penduduk selama beberapa jam saja. Jika malam tiba penerangan disana masih jarang sekali, penduduk menggunakan lampu dari minyak.
Baca Disini: Ekspedisi Oksigen Tertinggi di Pulau Gili Iyang
Meskipun begitu teman – teman tidak perlu kecewa karena Gili Iyang menyediakan panorama sunrise dan sunset yang sangat indah dengan bebatuan karang dimana sinar matahari meyelinap masuk membetuk siluet yang sungguh sempurna. Hal ini tidak boleh dilewatkan begitu saja tanpa diabadikan dalam kamera.
Jangkauan internet juga sudah bisa ditemukan di Gili Iyang, bagi teman – teman pengguna kartu Telkomsel tidak perlu khawatir mencari sinyal internet. Sekali lagi rupanya Gili Iyang ini merupakan tempat tinggal yang cocok dan nyaman bagi pecinta susana tenang dan alami. Berwisata disana tidak hanya sekedar berwisata mengunjungi beberapa titik spot yang indah melainkan juga berwisata sehat.
Empat titik spot yang kita kunjungi pada waktu itu seperti, Spot Oksigen dan Batu Sponge, Gua Mahakarya, Pantai Ropet dan Betoh Cangge. Semuanya masih alami dan semuanya masih sangat indah mempesona. Membuat kita tidak henti – hentinya berdecak kagum menikmati setiap tempat indah di Gili Iyang ini.
Adanya Jembatan Suramadu semakin memudahkan teman – teman dari luar Pulau Madura untuk bisa berwisata disini. Berwisata ke Pulau Gili Iyang tidak cukup bila hanya sehari saja karena ada banyak objek wisata yang harus teman – teman lihat. Diperlukan kondisi tubuh yang benar – benar fit untuk itu teman – teman bisa menginap di beberapa penginapan dan hotel yang berada di Kabupaten Sumenep.
Di Pulau Gili Iyang sendiri sebenarnya sudah ada sebuah penginapan atau Home Stay tapi hanya satu saja. Jika beruntung dan masih ada kamar yang kosong teman – teman bisa menginap di Home Stay tersebut. Bila berniat untuk bermalam disana tidak perlu takut bila kehabisan makanan, minuman atau yang lainnya karena sudah banyak toko atau warung kecil yang menjual banyak kebutuhan sehari – hari.
Surga kecil itu tersembunyi di sebuah tempat di Pulau Madura yakni, Gili Iyang. Pengalaman menakjubkan menjelajahi Gili Iyang tidak terlepas dari tawaran serta dukungan dari Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumenep untuk terus mempromosikan Wisata Alam disana. Perjalanan kita selama disana terasa semakin aman dan nyaman berkat bantuan dari Kapolres Sumenep beserta staffnya atas pengamanan dan penginapannya.
Perjalanan semakin seru dan menyenangkan berkat hadirnya teman – teman blogger Jawa Timur dan sambutan baik dari penduduk Pulau Gili Iyang yang telah menemani kita menjelajahi beberapa objek wisata disana.