Berbicara tentang produk fashion pria, orang Madura ternyata punya gaya fashion tersendiri yang khas dan sudah dikenal seIndonesia lho. Namanya baju Pak Sakera, teman-teman pasti sudah tidak asing lagi dengan baju atau kaos bergaris menyamping berwarna merah putih. Pak Sakera sendiri dikenal sebagai salah satu tokoh di Madura yang berkarakter berani dan tegas.
Pak Sakera sendiri memiliki semangat juang yang tidak pernah terdokumentasikan bagi masyarakat, dan belum masuk di dalam kategori Pahlawan Nasional Indonesia. Di karenakan Pak Sakera termasuk salah satu dari banyaknya Pahlawan Di Indonesia. Yang memperjuangkan daerahnya sendiri dari keganasan Jaman Penjajahan Belanda. Sehingga Nama dan Jasa-jasanya Pak Sakera, hanya bisa di dengar di daerahnya sendiri.
Sebenarnya pakaian ini adalah baju tradisional tapi akhir-akhir ini banyak digunakan sebagai baju sehari-hari terutama kaos merah putihnya. Baju Pak Sakera ini terdiri dari baju serta celana hitam longgar dengan kaos garis-garis merah putih atau merah hitam. Selain itu ada lagi pelengkapnya, yaitu tutup kepala, kain sarung, dan ikat pinggang.
Baju Pesa’an Sebagai Gaya Fashion Pria Madura
Pakaian ini biasa dipakai oleh para laki-laki untuk busana sehari-hari maupun resmi. Tahukah teman-teman kalau pakaian ini memiliki makna sendiri bukan lagi sekadar produk fashion yang lagi booming dipakai. baju pesa`an, celana gomboran dan kaos oblong ini memiliki perbedaan fungsi bila dilihat dari cara memakainya.
Kalangan pedagang kecil, seringkali menggunakan baju pesa`an dan kaos oblong warna putih, dipadu dengan sarung motif kotak-kotak biasa. Sebaliknya para nelayan, umumnya hanya menggunakan celana gomboran dengan kaos oblong. Jadi memang tidak sembarang atau asal pakai saja.
Pada saat menghadiri acara resmi, rasughan totop umumnya berwarna hitam digunakan lengkap dengan odheng tongkosan kota, bermotif modang, dulcendul, garik atau jingga. Odheng pada masyarakat Madura memiliki arti simbolis yang cukup kompleks, baik dari ukuran, motif maupun cara pemakaian.
Sumber : nusantara.news
Pada saat menghadiri acara resmi, rasughan totop umumnya berwarna hitam digunakan lengkap dengan odheng tongkosan kota, bermotif modang, dulcendul, garik atau jingga. Odheng pada masyarakat Madura memiliki arti simbolis yang cukup kompleks, baik dari ukuran, motif maupun cara pemakaian.
Bentuk dan cara memakai odheng juga menunjukkan derajat kebangsawanan seseorang. Semakin tegak kelopak odheng tongkosan, semakin tinggi dewajat kebangsawananan. Semakin miring kelopaknya, maka derajat kebangsawanan semakin rendah. Untuk orang yang sudah sepuh (tua), sayap atau ujung kain dipilin dan tetap terbeber bila si pemakai masih relatif muda.
Biasanya juga baju pesa’an ini digunakan oleh guru agama atau molang. Tapi yang lebih menjadi ciri khas adalah pesa’an warna hitam. Sedangkan celananya disebut gomboran. Warna hitam melambangkan sikap gagah dan pantang menyerah. Ini merupakan sifat kerja khas dari rakyat Madura.
Sedangkan bajunya yang serba longgar melambangkan kebebasan dan keterbukaan orang Madura. Selain itu, bentuk bajunya yang sederhana melambangkan kesederhanaan. Satu hal lagi yang unik dari pakaian tradisional ini adalah kaosnya yang bermotif garis dengan warna merah hitam atau merah putih.
Sebenarnya gaya kaos merah putih ini terinspirasi dari pakaian pelaut Eropa. Meskipun begitu, kaos ini mempunyai makna tersendiri untuk rakyat Madura dan tentu merupakan produk fashion pria Madura. Garis-garis merah dan putih atau merah dan hitam memperlihatkan sikap tegas yang dimiliki orang Madura. Mereka juga mempunyai semangat juang yang tinggi dalam menghadapi segala hal.
Biasanya juga kaos merah putih sering dipakai oleh para suporter pria Madura United saat bertanding di lapangan sepak bola. Jadi, bagaimana teman-teman tertarik tidak menjadikan pakaian tradisional ini sebagai gaya fashion sehari-hari?. Kaosnya laki banget dan tentunya akan membuat penampilan teman-teman mati gaya.