Warna cerah dan kuat dalam busana madura digunakan sebagai perlambang karakter masyarakat Madura yang berani, tegas, tidak pernah ragu-ragu dan terbuka dalam menyampaikan pendapatnya. Sementara untuk bangsawan madura umumnya menggunakan jas tutup polos dan kain panjang, lengkap dengan atribut yang menunjukan derajat kebangsawanan seseorang yakni dengan pemakaian tutup kepala atau odheng.
1. Pakaian Adat Madura Pria
Nama pakaian adat Madura adalah baju "Pesa’an". Baju ini sebetulnya adalah baju sederhana yang dikenakan sehari-hari oleh orang-orang suku Madura di masa silam, baik untuk melaut, berladang, maupun untuk menghadiri upacara adat. Penggunaannya pun tidak terbatas baik untuk usia maupun status sosial bagi orang yang mengenakannya. Tampilan baju pesa’an ini dapat Anda lihat pada gambar ilustrasi di bawah. Foto tersebut adalah Mas Donny Putra Pasangan Ny. BUW Soejanto dan Pak R.H Soejanto, sedangkan peraga Putrinya adalah Ernawati Putri dari Pasangan Pak Imam dan Bu Imam ketika foto ini diambil pada tahun 1984.
Pakaian Adat Madura (tokomaduraonline.com)
Baju Pesa’an adalah baju hitam yang serba longgar dengan dalaman berupa kaos belang merah putih atau putih hitam. Baju ini dikenakan bersama celana gomboran, yaitu celana kain hitam yang panjangnya tanggung antara lutut dan mata kaki.
Penggunaannya dilengkapi pula oleh odeng yang disebut #OdhengSantabân, bisa juga dengan Kopiah Hitam atau Songkok, sarung kotak-kotak atau sampèr batik yang berfungsi sebagai #Sembhung serta sabuk atau katemang, trompa atau alas kaki, serta senjata Tradisional Madura yang berupa celurit.
Secara filosofis, longgarnya pakaian adat Madura ini memiliki arti bahwa suku Madura adalah suku yang menghargai kebebasan. Kaos dengan warna belang yang kontras menunjukan bahwa masyarakat Madura adalah masyarakat dengan mental pejuang, tegas dan pemberani.
Baca juga: Tradisi Tidur di Pasir Kampung Pasir - Sumenep
2. Pakaian Adat Madura Perempuan.
Sama seperti pakaian pria, pakaian adat Madura untuk perempuan pun memiliki desain dan motif yang sederhana. Nama pakaian untuk perempuannya adalah kebaya tanpa kutu baru dan kebaya rancongan.
Kebaya ini digunakan dengan dalaman berupa kotang atau beha warna kontras, seperti hijau, merah atau biru yang ukurannya ketat pas badan. Bahan kebaya yang menerawang dan disepadankan dengan kotang atau beha berwarna kontras yang membuat perempuan madura tampak molek.
Penggunaan kebaya ini memiliki nilai filosofis bahwa wanita Madura memang sangat menghargai kecantikan dan keindahan bentuk tubuh. Hal lain yang membuktikan filosofi ini adalah bahwa sejak remaja, gadis madura akan mulai diberi jamu-jamu khusus yang menunjang kecantikan dan kemolekannya, lengkap dengan berbagai pantangan makanan yang anjuran-anjuran lain seperti penggunaan #Pènggel untuk membentuk tubuh yang padat dan indah.
Kebaya sebagai atasan akan dipadukan dengan sarung batik dengan motif tertentu sebagai bawahan. Motif sarung yang biasa digunakan misalnya motif Tabiruan, Storjoan, atau Lasem, biasanya sarung atau sampèr yang dikenakan #Epangoldâ atau dilebihkan sebatas pantat hal ini bertujuan untuk melindungi bagian alat vital perempuan apabila terjadi sarung atau sampèr pas robek.
Penggunaan kebaya dan sarung juga dipadukan dengan stagen Jawa (Odhet) yang panjang dan lebarnya masing-masing 1,5 m dan 15 cm diikatkan di perut. Dalam mengenakan pakaian adat Madura ini, para wanita umumnya juga akan menggunakan berbagai pernik aksesoris sebagai riasan kecantikannya mulai dari ujung kepala hingga ke ujung kaki.
Beberapa aksesoris tersebut antara lain :
1. Cucuk sisir dan cucuk dinar adalah hiasan rambut yang terbuat dari logam emas yang bentuknya seperti busur dengan untaian kepingan uang.
2. Cucuk sisir dan cucuk dinar di cucukan ke dalam gelungan rambut yang dibuat bulat penuh.
3. Memakai Ghellung Sendhal / Ghellung Senta'
4.. Leng-oleng adalah tutup kepala yang terbuat dari kain tebal.
5. Antèng atau sentar penthol adalah giwang emas yang dikenakan pada telinga.
6. Antèng Kolang atau Anteng Aeng Sacapcap
7. Kalung brondong adalah kalung emas dengan rentangan berbentuk biji jagung yang dilengkapi dengan liontin bermotif uang logam atau bunga matahari.
8. Gelang dan cincin emas bermotif keratan tebu (Tebu Saèrès).
9. Pènggel adalah hiasan pergelangan kaki yang terbuat dari emas atau perak.
10. Selop tutup sebagai alas kaki.
© Catatan Sinopsis Inventarisasi Pakaian Adat Madura Seksi Kebudayaan Depdikbud Kab. Bangkalan tahun 1984 dan Hidrochin Sabarudin Budayawan Madura