Penanggalan Islami atau yang disebut dengan Hijriyah merupakan sistem penanggalan yang dihitung berdasarkan peredaran bulan. Artinya, pergantian hari dari rotasi Bulan sehingga terjadi saat waktu Maghrib ketika bulan baru muncul. Selain itu pergantian tahun dilihat dari revolusi Bulan sehingga jumlah harinya lebih sedikit yaitu 354 hari.
Inilah penyebab terjadinya selisih hari raya dalam islam selalu bergerak maju 11 hari dari kalender masehi. Hidup di Madura membuat masyarakatnya terbiasa dengan penggunaan penanggalan Hijriyah dengan penyebutan menggunakan bahasa Madura yang dikenal dengan Bulen Madhureh (bulan Madura).
Meskipun standar kalender yang digunakan saat ini adalah sistem Masehi yang terdapat 12 bulan dimulai dari bulan Januari sampai Desember, namun kebanyakan masyarakat Madura masih berpegang teguh dengan hitungan kalender Islam Madura. Seperti menghitung hari kelahiran, hari kematian, membangun rumah, tanggal pernikahan dan kegiatan skaral lainnya.
Pada dasarnya nama-nama bulan yang ada dalam penanggalan Madhureh sebagian menggunakan penanggalan Hijriah dengan nama-nama menggunakan bahasa Arab, namun sebagian menggunakan bahasa Sanskerta seperti pasa dan sura. Berikut ini penjelasan lengkap mengenai nama-nama bulan Madhureh.
Kalender ritual yang bernafaskan kultural dapat dilihat dari penamaan sekaligus pemaknaan / nama bulan dalam Kalender Hijriyah versi Bahasa Madura, seperti :
1. BULAN SORA
bermakna suci sebagai simbol manusia itu dibekal fitrah kesucian atau potensi manusia untuk berbuat baik. Untuk itu, bulan tersebut disimbolisasi dengan warna putih, yang diformulasi dengan pembuatan bubur putih atau Tajin Sora.
2. BULAN SAPPAR
sebagai kelanjutan bulan yang pertama, yaitu walaupun manusia memiliki fitrah suci, akan tatapi manusia berpotensi berbuat jelek, karena itu perlu dikendalikan dengan simbolisasi warna merah, yang diformulasi dengan pembuatan Tajin Sappar yakni Tajin warna putih dan merah.
3. BULAN MOLOD
bermakna bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, karena itu masyarakat Madura memperingatinya dengan bermacam kegiatan seperti dibâ’ân.
4. BULAN RASOL
Artinya adalah masa kembalinya kaum pria yang merantau ke rumah masing-masing dan menetap, Bulan ini juga termasuk bulan yang istimewa karena pada bulan inilah, diangkat menjadi Rasul, melakukan hijrah, dan wafat.
5. BULAN JUMADIL AWAL
Berasal dari kata "Jumadi" (kering) dan "Awal" (pertama). Hal ini karena pada bulan Jumadil Awal atau Jumadil Ula merupakan awal dari musim kemarau dan mulai terjadi kekeringan. Dilihat dari kejadian tersebut sulit untuk bertanam dan beternak.
6. BULAN JUMADIL AKHER
Artinya adalah masa penghujung musim kemarau dalam bahasa Madhurâna kasebbut "NèmorKara" dan terbebasnya dari masa kekeringan dalam bulan ini. Nama lain dari bulan ini yaitu Jumadil Tsaniyah.
7. BULAN RAJAB
Kurang mendapat perhatian khusus masyarakat Madura, sehingga pada bulan-bulan tersebut diyakini sebagai bulan yang bebas melakukan aktifitas apapun termasuk tasyakuran, perayaan dan lain-lain.
8. BULAN REBBA
yang berarti memberikan sadaqah kepada orang lain.
9. BULAN PASA
bermakna menahan untuk tidak makan dan minum mulai terbit fajar sampai terbenam matahari dengan dibumbuhi bacaan al-qur’an, maupun amalan-amalan sunnah lainnya.
10. BULAN SAWWAL ATAU SABAL
bermakna bulan saling maaf-memaafkan sebagai penyempurna dan memperbaiki hubungan antar manusia.
11. BULAN TAKEPE'
bermakna bulan sempit atau tidak luas karena berada diantara bulan Sawâl/Sabel dan #Dzulhijjah.
12. BULAN RERAJA
bulan pengorbanan dan harapan.
Sedangkan nama kalender Islam yang dikenal oleh masyarakat Arab (arabisme) seperti bulan :
1. Muḥarram مُحَرَّمٌ
diartikan Haram (haram berperang).
2. Safar صَفَرٌ
diartikan Perjalanan (musim para kabilah berdagang keluar daerah).
3. Rabi' al-awwal رَبِيْعُ اْلأَوَّلِ
diartikan awal Musim Semi.
4. Rabi' al-akhir/Robiuts Tsani رَبِيْعُ الثّانِي
diartikan akhir Musim Semi.
5. Jumadal Awal جُمَادَى اْلأُوْلَى
diartikan awal Musim Kering/mati (tumbuhan).
6. Jumadal Akhir جُمَادَى اْلآخِرَةِ
diartikan akhir Musim kering/mati (tumbuhan).
7. Rajab رَجَبٌ
diartikan Menghormati persiapan bekal (fisik & mental) menuju Ramadhan).
8. Sya'ban شَعْبَانٌ
diartikan Berpencar (berpencar mencari mata air).
9. Ramadhan رَمَضَانُ
diartikan bulan diturunkanNYA ayat-ayat al-Qur'an.
10. Syawal شَوَّالٌ
diartikan Membawa (musim hewan berkembang biak betina membawa isi).
11. Dzu al-Qa'idah ذُواْلقَعْدَةِ
diartikan pemilik sikap duduk/tidak berdiri (masa tenang, tidak berperang).
12. Dzu al-Hijjah ذُو اْلحِجَّةِ
diartikan pemilik masa Hajj/Haji (musim Haji).
Dengan demikian, dari penamaan dan pemaknaan dua kalender tersebut menemukan istilah dan makna yang berbeda, walaupun sebenarnya dalam kalender Madura sudah banyak mengalami inkulturasi dengan tradisi setempat masyarakat yang dipengaruhi oleh kalender Jawa Islam.